Masjid At-Tin
Banyumeneng, Gamping, Yogyakarta
Ahad, 14 September 2025
Kitab Ruhun wa Rayahin. Syarhu Riyadhis Sholohin
Syekh Abdul Hadi bin Said Al Bustani
باب استحباب تحسين الصوت بالقرآن
١٠٠٧ - وَعَنْ أَبِي لُبَابَةَ بَشِيرِ بْنِ عَبْدِ الْمُنْذِرِ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: "مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ فَلَيْسَ مِنَّا". رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ جَيِّدٍ.
وَمَعْنَى يَتَغَنَّى: يُحَسِّنُ صَوْتَهُ بِالْقُرْآنِ.
هِدَايَةُ الْحَدِيثِ:
١) التَّغَنِّي بِالْقُرْآنِ مِنْ هَدْيِ النَّبِيِّ ﷺ، وَالْمُوَفَّقُ مَنْ يَحْرِصُ عَلَى الِالْتِزَامِ بِالْهَدْيِ النَّبَوِيِّ دَائِمًا.
٢) مَنْ طَلَبَ الْهُدَى بِغَيْرِ الْقُرْآنِ أَضَلَّهُ اللهُ تَعَالَى، وَهَذَا مِنْ مَعَانِي: (مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ) أَيْ مَنْ لَمْ يَكْتَفِ بِالْقُرْآنِ عَنْ غَيْرِهِ.
فَائِدَةٌ:
بَوَّبَ الْإِمَامُ الْبُخَارِيُّ - رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى - فِي (صَحِيحِهِ): "بَابُ مَنْ لَمْ يَتَغَنَّ بِالْقُرْآنِ، وَقَوْلُهُ تَعَالَى: ﴿أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ﴾ [العنكبوت: ٥١]" ثُمَّ ذَكَرَ حَدِيثَ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: "مَا أَذِنَ اللهُ لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِلنَّبِيِّ أَنْ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ". قَالَ سُفْيَانُ: "تَفْسِيرُهُ يَسْتَغْنِي بِهِ". اهـ.
وَهَذَا التَّفْسِيرُ مِنْ نَفَائِسِ فِقْهِ السَّلَفِ فِي فَهْمِ النُّصُوصِ، فَقَدْ مَلَأَتِ الْفَرْحَةُ قُلُوبَهُمْ بِالْوَحْيِ الْمُنَزَّلِ لِحَيَاةِ الْأُمَّةِ: ﴿وَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَفْرَحُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ﴾، وَأَيْقَنُوا أَنَّ الْوَحْيَ - الْكِتَابَ وَالسُّنَّةَ - كَافٍ وَشَافٍ لِجَمِيعِ الْمَصَالِحِ.
1007 – Dari Abu Lubabah Basyir bin ‘Abd al-Mundzir r.a., bahwa Nabi ﷺ bersabda:
“Barangsiapa tidak memperindah suaranya dengan al-Qur’an, maka ia bukan termasuk golongan kami.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang baik).
Makna "yataghanna" adalah memperindah suaranya ketika membaca al-Qur’an.
Petunjuk Hadis:
1. Membaca al-Qur’an dengan suara yang indah termasuk tuntunan Nabi ﷺ. Orang yang diberi taufik adalah yang selalu berusaha mengikuti tuntunan Nabi.
2. Barangsiapa mencari petunjuk selain dengan al-Qur’an, maka Allah akan menyesatkannya. Ini termasuk makna dari sabda beliau: “man lam yataghanna” yakni barangsiapa tidak merasa cukup dengan al-Qur’an dari selainnya.
Faedah:
Imam al-Bukhari رحمه الله dalam Shahih-nya membuat bab: “Bab barangsiapa yang tidak memperindah suaranya dengan al-Qur’an, dan firman Allah Ta‘ala: أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَى عَلَيْهِمْ (al-‘Ankabut: 51)”, kemudian beliau menyebutkan hadis Abu Hurairah dari Nabi ﷺ:
“Allah tidak memberi izin kepada sesuatu sebagaimana Dia memberi izin kepada Nabi untuk memperindah suaranya dengan al-Qur’an.”
Sufyan Ats Tsauri berkata: “Tafsirnya adalah: merasa cukup dengannya.”
Ini adalah salah satu mutiara pemahaman salaf dalam memahami nash-nash syar’i. Hati mereka dipenuhi kebahagiaan dengan wahyu yang diturunkan sebagai pedoman hidup umat. Mereka meyakini bahwa wahyu (al-Qur’an dan sunnah) sudah cukup dan sempurna untuk segala kebutuhan hidup.
Ibnul Qoyyim Al Jauziyah berkata:
حَدِّقْ بِنَفْسِكَ فِي النُّصُوصِ كَمِثْلِ مَا * قَدْ حَدَّقُوا بِالرَّأْيِ طُولَ زَمَانِ
فَالْوَحْيُ كَافٍ لِلَّذِي يَعْنَى بِهِ * شَافٍ لِدَاءِ جَهَالَةِ الإِنْسَانِ
“Arahkan pandanganmu kepada nash-nash (wahyu) sebagaimana mereka (salaf) menatapnya. Jqngan engkau menatap (hanya) dengan akal dangkal selama bertahun-tahun. Karena wahyu itu cukup bagi siapa saja yang memperhatikannya, dan ia menjadi obat penawar bagi penyakit kebodohan manusia.”
١٠٠٨ - وَعَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ لِيَ النَّبِيُّ ﷺ: "اقْرَأْ عَلَيَّ القُرْآنَ"، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَأَقْرَأُ عَلَيْكَ وَعَلَيْكَ أُنزِلَ؟! قَالَ: "إِنِّي أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَهُ مِنْ غَيْرِي". فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ سُورَةَ النِّسَاءِ، حَتَّى جِئْتُ إِلَى هَذِهِ الْآيَةِ: ﴿فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا﴾ [النِّسَاء: ٤١]. قَالَ: "حَسْبُكَ الآنَ"، فَالْتَفَتُّ إِلَيْهِ، فَإِذَا عَيْنَاهُ تَذْرِفَانِ.
متفق عليه.
هدايةُ الحديث:
١) إِظْهَارُ بَرَكَةِ الْقُرْآنِ وَأَنَّهُ يَنْتَفِعُ بِهِ الْقَارِئُ وَالْمُسْتَمِعُ.
٢) جَوَازُ أَنْ يَطْلُبَ الإِنْسَانُ مِنْ شَخْصٍ أَنْ يَقْرَأَ عَلَيْهِ، وَلَوْ كَانَ الطَّالِبُ أَفْضَلَ عِلْمًا وَقَدْرًا مِنَ الْقَارِئِ.
٣) قَدْ يَكُونُ الْمُسْتَمِعُ لِلْقُرْآنِ أَقْرَبَ إِلَى تَدَبُّرِهِ مِنَ الْقَارِئِ، وَلِهَذَا قِيلَ: الْقَارِئُ حَالِبٌ، وَالْمُسْتَمِعُ شَارِبٌ.
٤) مِنْ هَدْيِ النُّبُوَّةِ التَّأَثُّرُ عِنْدَ سَمَاعِ الْقُرْآنِ، وَالْبُكَاءُ خَشْيَةً مِنَ اللهِ تَعَالَى، وَهَكَذَا شَأْنُ الْمُؤْمِنِ: يَخْشَعُ قَلْبُهُ، وَتَدْمَعُ عَيْنُهُ لِسَمَاعِ الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ.
1008 – Dari Ibnu Mas‘ud r.a. ia berkata: Nabi ﷺ bersabda kepadaku: “Bacakanlah al-Qur’an kepadaku.” Aku berkata: “Wahai Rasulullah, bagaimana aku membacakannya kepadamu, padahal al-Qur’an itu diturunkan kepadamu?” Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku suka mendengarnya dari orang lain.” Maka aku pun membacakan surat an-Nisā’, hingga sampai pada ayat:
﴿فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا﴾ (an-Nisā’: 41).
Beliau bersabda: “Cukup sekarang.”
Maka aku menoleh kepadanya, ternyata kedua mata beliau meneteskan air mata.
(HR. Bukhari dan Muslim).
Petunjuk Hadis:
1. Hadits ini menunjukkan keberkahan al-Qur’an, bahwa ia memberi manfaat bagi pembaca maupun pendengar.
2. Boleh seseorang meminta orang lain untuk membacakan al-Qur’an kepadanya, meskipun yang meminta itu lebih alim atau lebih mulia daripada pembaca.
3. Terkadang pendengar al-Qur’an lebih mudah meresapi dan mentadabburi isinya daripada pembaca. Oleh karena itu dikatakan: “qāri’ (pembaca) itu penghidang susu, sedangkan mustami‘ (pendengar) itu peminumnya.”
4. Termasuk sunnah Nabi ﷺ adalah terharu saat mendengar bacaan al-Qur’an, menangis karena takut kepada Allah. Demikianlah keadaan seorang mukmin: hatinya khusyuk, dan matanya meneteskan air mata ketika mendengar al-Qur’an.
Semoga bermanfaat.
Aditya Rikfanto
0 komentar:
Posting Komentar